Selasa, 21 Oktober 2014

TUGAS AMDAL PERAIRAN

Analisis Sederhana Penyebab Banjir di Jalan Iskandar 
Muda Kecamatan Medan Petisah




OLEH :
HIJAU ERLYANDI RANGKUTI
110302071








AMDAL PERAIRAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014









PENDAHULUAN


Jalan raya merupakan salah satu fasilitas umum dan milik bersama, oleh karena itu harus dijaga dan dirawat bersama-sama. Hampir semua manusia jika ingin bepergi ke suatu tempat akan menggunakan jalan raya, maka kita hendaklah menjaga kenyamanan jika berada di jalan raya. Tidak hanya pemerintah yang harus menjaganya, masyarakat sipil juga harus ikut menjaganya dengan cara mematuhi semua aturan yang telah di buat salah satunya adalah mematuhi aturan berat maksimum kendaraan yang boleh melalui jalan tersebut serta tidak ugal-ugalan mengendarai kendaraan.
Jalan Iskandar Muda yang terletak di Kecamatan Medan Petisah ini merupakan salah satu jalan protokol yang banyak di lalui pengendara. Di jalan ini masi saja terdapat banyak masalah salah satunya adalah banjir.














ISI


Jalan raya mempunyai peranan penting pada aktivitas manusia. Salah satunya adalah Jalan Iskandar Muda yang merupakan jalan protokol di kota Medan. Jalan ini sering terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu. Terjadi kemacetan disebabkan oleh banyaknya pengendara yang tidak mematuhi aturan lalulintas, salah satunya adalah banyaknya angkutan umum yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan tersebut. Dengan terjadinya kemacetan tersebut pastinya sangat menganggu kenyamanan bagi pengendara lainnya.
Masalah lainnya yang terjadi di jalan ini adalah sering terjadinya banjir pada saat hujan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Definisi kedua dari kamus tersebut, banjir adalah berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap. Pengertian kedua ini biasanya dipakai untuk menyebutkan sungai atau kali yang banjir. Kalau kata “banjir” ini ditambah awalan “me” dan akhiran “i” jadi “membanjiri” maka artinya menjadi “menggenangi”. Jadi, kalau dipakai dalam kalimat “Hujan membanjiri jalan raya di Jakarta” itu sama saja artinya dengan hujan menggenangi jalan raya di Jakarta. Dari kalimat itu menunjukkan kalau antara “banjir” dan “genangan” memiliki pengertian yang sama, tidak berbeda. Hal ini berarti pemahaman tentang banjir itu kurang tepat.banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Banjir adalah suatu kondisi air yang tidak tertampung di dalam saluran pembuang (kali) atau aliran air akibat terhambatnya saluran pembuangan (Suripin, 2003).


Gambar 1. Kondisi jalan pada saat banjir di Jalan Iskandar Muda
                      
Banjir yang terjadi di jalan tersebut jika dilihat dengan kasat mata diakibatkan oleh tidak berfungsinya sistem drainase dan air hujan yang ada di sekitar bangunan-bangunan sekitar mengaliri airnya ke jalan.
Seharusnya sistem drainase yang ada di sekitar jalan tersebut difungsikan secara optimal dan masyarakat ikut berperan salah satunya tidak mendirikan bangunan yang lebih tinggi dari jalan. Menurut Deputi Bidang Sarana dan Prasarana (2002) bahwa partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Partisipasi masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi banjir sekaligus mengurangi dampaknya.
Jika ditinjau dari segi elevasi jalan terhadap bangunan sekitar, maka pemerintah harus meninggikan jalan dengan cara melakukan pengecoran jalan agar jalan dapat lebih tinggi dan kokoh. Tetapi pengecoran jalan dapat menimbulkan masalah kemacetan baru selama prosesnya berjalan, tetapi setelah selesai maka masalah banjir akan tertanggulangi.

Gambar 2. Mengalirnya air dari bangunan sekitar ke jalan
Gambar 3. Jalan Mandala yang telah ditinggikan


Selain itu, sistem drainase di sekitar jalan tersebut harus di perbaiki dan di perlebar salah satu nya dengan cara membuat gorong-gorong yang ada di bawah tanah.






PENUTUP


Jalan raya merupakan salah satu fasilitas umum yang sering digunakan masyarakat. Jika ingin bepergian kemana saja masyarakat pasti menggunakan jalan raya pada sebagian atau seluruh perjalanannya. Dan masi banyak jalan raya dan juga jalan protokol yang terkena dampak banjir di karenakan oleh tidak berfungsinya drainase dan bangunan sekitar mengaliri air pembuangannya ke jalan pada saat terjadi hujan maupun tidak. Hal ini yang membuat saya untuk mencoba membuat analisa sederhana tentang penyebab banjir yang ada pada Jalan Iskandar Muda Kecamatan Medan Petisah. Dan saya berharap para pembaca dapat mengerti maksud dari analisa ini dan demikianlah tugas amdal perairan ini, saya ucapkan terimakasih.




DAFTAR PUSTAKA

Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset, Yogyakarta.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Direktorat Pengairan dan Irigasi, BAPPENAS. 2002. Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia. Jakarta.






Rabu, 10 April 2013

Aplikasi Sistem Informasi Sumberdaya Perairan dalam Menentukan Prediksi Perubahan Garis Pantai

APLIKASI SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN DALAM MENENTUKAN PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI

  

BAB I
PENDAHULUAN

         Latar Belakang
 
         Wilayah pesisir merupakan salah satu sumber daya yang potensial di Indonesia. Wilayah pesisir memiliki pengertian suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Salah satu daerah yang
mempunyai wilayah pesisir adalah kota Semarang.
        Indonesia membentang sejauh 5000km dari Sumatra di bagian barat hingga Irian Jaya di bagian timur. Indonesia merupaka negara archipelago (nusantara) terbesar didunia dengan luas teritorial daratan dan lautan kira-kira 7 ,7 juta km2, terdiri atas 17.500 pulau dengan garis pantai lebih dari 81.000 km, Indonesia memiliki garis pantai aktif yang potensial secara ekonomisnya dengan terbesa di dunia. Hampir 75 % wilayah terdiri dari perairan pesisir dan lautan termasu 3,1 juta km2 lautan teritorial dan archipelago serta 2 ,7 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif/ZEE 
          Garis pantai di Indonesia di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut di ukur dari garis pantai ke arah laut lepas; dan/atau di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain. Untuk usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di lebih satu wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi dilintas kabupaten/kota; dan/atau di wilayah paling jauh 12 mil dari arah garis pantai ke laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan (Presiden RI, 2012).
          Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir lauut atau bagian daratan yang terdekat dengan laut. Perbatasan daratan dengan laut seolah-olah membentuk suatu garis yang disebut garis pantai. panjang pantai ini di ukur mengelilingi seluruh pantai yang merupakan daerah teritorialsuatu negara. Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang kedua setelah Kanada. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar 81.000 km (Chyntia, 2009).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


 
 
          Daerah pesisir terdiri dari pertemuan antara darat dan laut. Bentuk lahan kepesisiran adalah bentuklahan yang secara genetik terbentuk oleh proses marin, fluviomarin, organik, atau eolian. Bentuklahan kepesisiran secara genetik terbentuk oleh proses marin sebagai contoh beting gisik (beach ridge), yang terbentuk oleh proses fluvio-marin adalah delta, yang terbentuk oleh proses organik adalah terumbu karang (coral reef) dan yang terbentuk oleh proses eolian adalah gumuk pasir (sand dune) (Sunarto, 2001). 
          Disamping itu, daerah pesisir mempunyai dinamika lingkungan tinggi dengan proses fi sik banyak, kenaikan permukaan laut, penurunan tanah, dan erosi-sedimentasi. Proses tersebut memainkan peranan penting untuk perubahan garis pantai dan pengembangan landscape pesisir. Perubahan garis pantai dianggap salah satu proses yang paling dinamis di daerah pesisir (Marfai dkk., 2008; Bagli dan Soille, 2003; Mills dkk., 2005). Interaksi antara proses fi sik dan aktivitas manusia di zona pesisir menentukan karakteristik lingkungan pesisir. Diperkirakan bahwa sekitar 38% dari populasi dunia tinggal di daerah tidak lebih dari 100 km dari garis pantai (Cohen dkk., 1997; Kay dan Alder, 2005).
          Meskipun perubahan garis pantai kadang-kadang menguntungkan, seperti pertambahan lahan untuk tujuan penggunaan lahan, namun demikian perubahan garis pantai juga dapat mengakibatkan kerugian dengan hilangnya lahan karena abrasi. Sebuah analisis dari informasi garis pantai diperlukan dalam desain perlindungan pantai, untuk mengkalibrasi dan memverifi kasi model numerik, untuk menilai tingkat kenaikan permukaan laut, untuk mengembangkan zona bahaya, untuk merumuskan kebijakan untuk mengatur pembangunan pesisir dan membantu dengan definisi batas properti dan penelitian mengenai pesisir (Boak dan Turner, 2005).
          Dinamika pesisir yang tinggi akan membawa implikasi pada kehidupan dan pembangunan kawasan terutama pada perkembangan kota-kota pesisir (coastal city). Menurut Yunus (2002), ekspresi perkembangan kota yang bervariasi sebagian terjadi melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan non-fi sik. Faktor fisik berkaitan dengan keadaan topografi , struktur geologi, geomorfologi, perairan dan tanah, sedangkan faktor non-fi sik antara lain kegiatan penduduk (politik, sosial, budaya, teknologi), urbanisasi, peningkatan kebutuhan akan ruang, peningkatan jumlah penduduk, perencanaan tata ruang, perencanaan tata kota, zoning, peraturan pemerintah tentang bangunan, dan lain-lain. Perencanaan aksesibilitas, prasarana dan sarana transportasi serta pendirian fungsi-fungsi besar, seperti industri dan perumahan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap perembetan fisik kota di area pinggiran. Peran dari pemerintah juga sangat mempengaruhi perkembangan fisik area pinggiran kota dimana kebijakan yang dilakukan dalam bentuk arahan pengembangan kota ataupun rencana tata ruang kota cenderung diarahkan untuk mengisi lahan dan ruang kosong di area pinggiran kota.
          Pemodelan perubahan garis pantai dapat dilaksanakan dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dan data penginderaan jauh. Di wilayah kajian di pesisir pekalongan citra satelit diambil dari citra Geoeye pada tahun 2003, 2006 dan 2009 berdasarkan hasil dokumentasi Google Earth tahun 2011 (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Skema analisis kerentanan pengembangan wilayah pesisir


          Citra yang digunakan tersebut memiliki resolusi 1.2 meter. Kemudian pada citra dilakukan proses mozaik dan geo-referencing untuk mendapatkan hasil yang tepat. Proses koreksi geometrik, penajaman serta penggabungan dilakukan untuk memaksimalkan tampilan citra untuk memudahkan proses intepretasi. Analisis kerentanan pengembangan wilayah pesisir dilakukan dengan integrasi data Digital Elevation Model (DEM) dan data kenaikan kenaikan muka air laut (Gambar 2.2) 
   (a)

   (b)
  
    (c)
 Gambar 2.2. Citra QuickBird dan GeoEye tahun 2003 (a), 2006 (b) dan 2009 (c)

         Proses ekstrasi garis pantai dilakukan dengan berdasarkan interpretasi citra Geoeye pada masing-masing tahun, sehingga dihasilkan ekstrasi garis pantai tahun 2003, 2006, dan 2009. Dikarenakan resolusi yang sangat detail (1,2 meter), maka dilakukan onscreen digitizing dan didetailkan dengan observasi lapangan menggunakan GPS. 
              Evaluasi terhadap perubahan garis pantai di lokasi penelitian dilakukan untuk melihat proses yang dominan terjadi, baik berupa abrasi maupun sedimentasi (akresi). Evaluasi dan proyeksi garis pantai menggunakan software ArcView 3.3 dengan extension DSAS. Prediksi terhadap garis pantai dilakukan komparasi berdasarkan data lampau (DSAS) dan berdasarkan skenario kenaikan permukaan air laut global (IPCC 2007) belum terdapat kajian yang memprediksikan kenaikan permukaan air laut di Pekalongan. Namun, perubahan muka air laut per tahun sebesar 6 mm pada dekade akhir-akhir ini dikemukakan oleh Pribadi (2008). Penelitian ini menggunakan skenario sea level rise sebesar 18 dan 59 cm sebagai angka minimum dan maksimum rata-rata kenaikan permukaan air laut global hingga tahun 2100. 



BAB III
 PENUTUP 


          Kesimpulan
    1.Wilayah pesisir merupakan salah satu daerah yang sangat potensial di Indonesia karena sebagian 
        besar wilayah Indonesia dikelilingi oleh laut.
    2. Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir laut 
        atau bagian daratan yang terdekat dengan laut.
    3. Meskipun perubahan garis pantai kadang-kadang menguntungkan, seperti pertambahan lahan 
        untuk tujuan penggunaan lahan, namun demikian perubahan garis pantai juga dapat 
        mengakibatkan kerugian dengan hilangnya lahan karena abrasi
    4. Pemodelan perubahan garis pantai dapat dilaksanakan dengan bantuan perangkat Sistem 
        Informasi Geografis (SIG) dan data penginderaan jauh.
 
          Saran
    1. Diperlukan perencanaan wilayah pesisir dengan memasukkan faktor sea level rise yang dapat 
        memberikan arahan pengembangan wilayah berbasis kerentanan terhadap bencana. 
    2. Wilayah-wilayah yang mengalami genangan pasang yang diakibatkan oleh pergeseran garis 
        pantai perlu dilakukan penanganan lebih lanjut termasuk didalamnya peninggian rumah dan 
        infrastruktur pendukung berdasarkan perhitungan prediksi kenaikan muka air laut di masa 
        mendatang. Selain itu, diperlukan peningkatan.


DAFTAR PUSTAKA

Bagli, S., & Soille, P. 2003. Morhological automatic extraction of Pan-European coastline from Lan
           dsat ETM+images. Proceeding International Symposium on GIS and Computer Cartography
           for Coastal Zone Management, October 2003, Genova.

Boak, E.H., dan Turner, I.L. 2005. The Shoreline Detection-Definition Problem: A Review Journal 
           of Coastal Research 21 4: 688-703.

Chntia, Arum. 2009 Pantai Pesisir. http://www.scribd.com [9 April 2013].

Cohen, J.E., Small, C., Mellinger, J., Gallup, A. and Sachs, J. 1997. Estimates of Coastal Population
            Science 278(5341): 1209–13.


Kay, Robert C., dan Alder, Jacqueline. 2005. 2nd Edition, Coastal Planning and Management. Spon 
            Press; London.

Marfai MA, King L. 2008. Tidal inundation mapping under enhanced land subsidence in Semarang, 
            Central Java Indonesia. Nat Hazards 44:93-109. DOI 10.1007/s11069-007-9144-z. 

Mills, J. P., Buckley, S. J., Mitchell, H. L., Clarke, P. J., & Edwards, s. J. 2005. A geomatics data 
           integration technique for coastal change monitoring. Earth Surface Processes and Landfor
           ms, 30, 651–664].

Presiden RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin  Li
           ngkungan. http://jdih.menlh.go.id [9 April 2013].

Sunarto. 2001. Geomorfologi Kepesisiran dan Peranannya dalam Pembangunan Nasional Indone
           sia Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah 
           Mada tanggal  17 Oktober 2001. Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta.

Yunus, Hadi Sabari. 2002. edisi 2, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar; Yogyakarta.